MANUSIA HANYA SATU RAGANYA YANG BANYAK
JUAL E-BOOK
JUDUL : MANUSIA HANYA SATU RAGANYA YANG BANYAK
HARGA ; Rp. 30.000.
YANG BERMINAT HUB. WIRASANDI RISANI
NO.HP 085103481919
NO.REK. 1520014105130 BANK MANDIRI
AN. WIRASANDI.....
BAB I
LATAR BELAKANG
Bahwa budaya yang menjiwai orang orang Bugis, bukan
hanya menyangkut, peradaban, adat istiadat, tapi juga hubungan antar sesama manusia, dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Gabungan kedua kutub ini, menyatu
dalam jiwa manusia Bugis, yang kemudian melahirkan sebuah ilmu yang disebut, “Ilmu Pappejeppu”. sebagai salah satu
wujud budaya dalam kehidupan. Ada satu
hal pemahaman dalam budaya mereka ketika ia berdiri pada sebuah keyakinan
dengan memegang prinsip bahwa ; Seddimi
Tau, Watanna
mi maega artinya, Pada hakikatnya manusia
hanya satu, hanya raganya saja banyak. Rupanya pemahaman inilah yang
kemudian melahirkan sebuah bentuk ilmu hakikat sebenarnya tentang Manusia, yang
disebut Ilmu
Pappejeppu. Ungkapan pengertian Seddimi Tau (Manusia
hanya satu), hanya dapat dimengerti dan dipahami oleh orang orang yang telah mengenal
dan mendalami ilmu tersebut. Mungkin saja ada bentuk pemahaman
dan keyakinan atau filsafat yang juga
mengatakan bahwa Manusia hanya
Satu, oleh suku bangsa atau bangsa lain,
namun bentuk aplikasi dan implementasinya didalam ilmu ini, dimana penulis
yakin akan berbeda. Karena Ilmu Pappejeppu bukanlah ilmu pengetahuan
tentang filsafat atau ilmu tasawuf, walaupun didalam ajaran ini banyak dukungan dari
kandungan nilai nilai filsafat dan tasawuf. Yang hanya digunakan untuk
menjelaskan sesuatu, guna lebih memudahkan pengertian ilmu ini. Sebab ilmu
ini sebagaimana dikatakan bahwa ; “ Tennaoki kalla,
tennaleppai lila, tenna iringngi anging, tennawenrui nawa nawa.” Artinya : “ Ilmu ini tidak dapat ditulis
dengan pena, tidak bisa diucapkan oleh lidah, tidak disentuh oleh angin, dan
tidak dapat dihayalkan oleh pikiran.”
Oleh karena itu setiap manusia dapat saja mengetahui atau mendalami ilmu ini, dengan
terlebih dahulu mencari orang orang yang
memahami untuk dapat
belajar darinya, walaupun itu
tidak mudah. Dengan melihat masalah ini,
dimana semakin hari semakin berkurang orang yang mengetahuinya, tentu
pada akhirnya ilmu ini akan menghilang,
sebab itu penulis memberanikan diri untuk menulis tentang ilmu ini dan
kharasteristiknya, agar ilmu ini tidak ditelan bumi. Dan sebagai langkah awal,
bagi yang ingin mendalami ilmu ini, wajib memahami dan meyakini bahwa dalam
diri manusia, disamping raganya, juga terdapat ROH dan NYAWA, didalam ilmu Pappejeppu, dipahami bahwa ROH adalah percikan cahaya yang terpolarisasi dari Nur
Ilahi, sedang NYAWA adalah seberkas
percikan cahaya yang terpolarisasi dari NUR Muhammad, polarisasi kedua cahaya
tersebut kemudian bersinergi, yang
melahirkan letupan yang disebut Napas. Peranan dan manifestasi Napas
inilah yang kemudian menjadi inti ajaran ilmu Pappejeppu. Dari napas tersebut kemudian memancarkan lagi
polarisasi ke berbagai cakrawala, dari
segala penjuru alam pemikiran manusia, yang kemudian melahirkan cabang cabang tempat bertenggernya ilmu
pengetahuan (Science), Filsafat, Ilmu Metafiska, Ilmu Mistik, dan Ilmu mantera.
Adapun
ilmu mistik dan ilmu mantera nampaknya luput dari perhatian, baik yang
mendalami Ilmu Tasawuf atau Sufisme, ataupun ilmu Pappejeppu itu sendiri. Korelasi napas yang terpolarisasi,
kedalam bentuk ilmu Mistik, dan ilmu mantera, juga memberikan inspirasi, dan
analisa, bahwa peranan napas pada setiap manusia telah menanamkan keyakinan tentang prinsip Seddimi Tau atau manusia
hanya satu. hal ini oleh penulis mencoba mengungkap, pada
buku ini, pada bagian lainnya. Karena kurangnya orang mengetahui apalagi memahami prinsip Seddimi Tau atau manusia hanya satu, padahal ilmu ini memiliki
prinsip nilai filosofi
tentang, hidup yang sangat mendalam. Sehingga dapat
meciptakan hubungan manusia dengan manusia secara harmonis tanpa memandang Suku
(Etnis) Agama, Ras, dan kedudukan sosial. Karena pada prinsipnya Seddimi Tau
adalah bahwa apa yang ada pada diri kita sama dengan apa yang ada pada seluruh Manusia lainnya atau
dengan kata lain bahwa sesungguhnya yang disebut hakikat manusia itu adalah
satu adalah ROH yang digerakkan oleh NYAWA dan dimediasi oleh NAPAS. Sehingga dengan demikian ROH
inilah yang merupakan wujud kesamaan manusia dengan manusia lainnya,
sehingga terciptalah pemahaman bahwa sesungguhnya manusia itu
hanya satu, sebab pemahaman ini mengatakan
bahwa ROH yang ada dalam diri kita sama dengan ROH yang ada pada manusia
lainnya. Sehingga hal ini akan melahirkan persaudaraan
yang kuat untuk dapat
menciptakan, hubungan manusia dengan sesama manusia guna
membina kehidupan bermasyarakat dan berbangsa maupun
dalam menciptakan perdamaian didunia. Oleh karena itu dalam budaya Bugis
Makassar, makna Saudara atau persaudaraan memiliki makna filosofi
tersendiri, sebagaimana kata “Saudara” kalau dalam bahasa Bugis
disebut Silessureng
artinya :
Satu keluaran, ibaratnya Satu Industri yang memproduksi Satu merk mobil. Silessureng atau Satu asal
tempat keluar, memiliki arti bahwa kita
manusia Satu keluaran dari perut seorang Ibu. Begitupula dalam bahasa Makassar
disebut Sarebattang
artinya Satu perut. Satu perut artinya bahwa kita semua manusia
bersaudara karena kita berasal dari Satu perut seorang Ibu. Oleh karena itu di
daerah Bugis Makassar dahulu, apabila seseorang dikenal atau belum dikenal
datang bertamu dirumah orang Bugis Makassar, dan dijamu oleh tuan rumah maka
tuan rumah akan mengatakan bahwa karena anda sudah meminum air dirumahku maka
secara tidak langsung kita telah mengikat persaudaraan. Dan menurut seorang
Ahli Anthropologi budaya Bugis berkebangsaan
Australia yang bernama Leonard Y. Andaya mengatakan bahwa : Belum pernah saya
melihat suku bangsa yang memiliki tingkat persaudaraan yang begitu tinggi
seperti yang dimiliki oleh suku Bugis Makassar,
karena apabila ada orang lain yang sudah dianggap saudara oleh orang
Bugis Makassar mengalami masalah, maka selain isteri dan anaknya, maka apa yang
ada pada dirinya ia akan berikan bahkan bila perlu nyawanyapun ia pertaruhkan.
(Orang Bugis Makassar dahulu). Secara Ontologis bahwa Ilmu Pappejeppu ini telah dikenal dikalangan orang Bugis, jauh
sebelum ajaran Islam masuk ke wilayah daerah Bugis.
Salah satu pengertian ilmu Pappejeppu tidak hanya berada dalam alam
gaib, yang tidak memiliki wujud realita tertentu, dan hanya dapat dihayati dan direnungkan dalam aktivitas
narasi manusia, tapi juga yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana mewujudkan
dari alam ghaib ke alam nyata menjadi sesuatu yang bermanfaat, atau sesuatu
yang dapat dipetik hasilnya, dari hasil Pappejeppu
yang bersumber dari pemahaman, interaksi
antara manusia dengan Tuhannya. Perbedaan lain antara ilmu tasawuf atau Sufisme
dengan ilmu Pappejepu, dimana sebelum
memasuki ajaran ilmu Tasawuf atau Sufisme,terlebih dahulu seseorang harus masuk kedalam salah satu aliran Tariqat,
katakanlah salah Satu aliran Tariqat
yang dikenal di Indonesia, adalah aliran
Tarekat Naqsyabandiah. Bahwa seseorang yang masuk kedalam aliran Tariqat ini,
terlebih dahulu ia harus di bay’at atau disumpah , sebagai bentuk kesetiaan dan
kepatuhan yang mengikat dirinya terhadap Mursyid atau syaikh, maupun terhadap
aliran itu. Sedang dalam menuntut ilmu Pappejeppu,
seorang murid, tidak ada suatu keterikatan baik terhadap Guru pembimbing maupun
terhadap aliran. Karena ilmu Pappejeppu tidak memiliki aliran, hanya satu
hal yang menjadi Sumpah seseorang murid terhadap Gurunya adalah sang murid
dilarang keras mengajarkan ilmu tersebut kepada siapapun tanpa ada izin dari
Guru pembimbing. Dalam ilmu Pappejeppu, sebenarnya tidak dikenal Guru
dan Murid, seseorang yang mengajarkan dengan menunjukkan jalan tentang tata
cara Mappejepu (Memahami), itu hanya sebuah
panggilan, untuk berbagi ilmu. Dan tidak menutup kemungkinan dikemudian hari sang murid lebih mendalam
pemahamannya dari sang guru. Karena semua itu tergantung pada orang yang
mendalaminya. Dari uraian tersebut diatas bila ditinjau dari segi filsafat
Ontologi, ILMU ini tidak didapatkan satupun
dalam bentuk sebuah naskah tulisan,
karena hal ini sifatnya sangat sakral. Dan hanya dapat dibuktikan dan
dirasakan serta diyakini sebagai sebuah bentuk kebenaran oleh pengamal pengamal
ilmu Pappejeppu, secara turun temurun dari dahulu kala, oleh orang
orang Bugis, sebelum mereka menganut Islam. Dan ilmu inilah yang membuat semakin menambah keyakinan mereka, dalam mengamalkan
Ilmu Pappejeppu akan kebenaran ajaran
Islam, baik dari sisi Syariat maupun sisi Tasawuf (Filsafat). Sebagaimana mereka meyakini kebenaran sudah
hakiki sebelum diucapkan.
Bahwa hakikat “Seddimi
tau” atau manusia hanya satu, bukan hanya melahirkan nuansa ilmu kebatinan, yang kemudian melahirkan ilmu Pappejeppu itu, tapi jangkauannya bisa lebih
jauh masuk kedalam ilmu tasawuf. Sementara Tasawuf selalu memainkan peranan
yang sangat penting dalam sejarah, agama,dan budaya di kawasan nusantara yang
maha luas ini.
Dalam berbagai fenomena kehidupan moral yang dialami
bangsa saat ini, dimana factor agama dan pendidikan tidak mampu lagi,
menanggulangi berbagai problem perilaku masyarakat yang sangat ekstrim saat ini.
Hampir setiap hari kita disajikan oleh baik media cetak maupun media electronic
berbagai macam pelanggaran dijalan yang sering memakan korban, tawuran kelompok,etnis,antar pelajar, seks
bebas, perkosaan, KDRT, bunuh diri
perampokan, penganiayaan, pembunuhan, narkotika, Korupsi. Semuanya itu semakin menambah daftar panjang
bukti-bukti bobroknya akhlak manusia saat ini. Sehingga ada
pandangan yang mengatakan bahwa : Saat ini “SUDAH HUJAN AYAT, BANJIR
HADITS, TAPI IMAN HANYUT”
Assalamualaikum pak saya mau order/beli bukunya ,kalo boleh tau itu dalam bahasa Indonesia ? Dan berapa kirim2 luar daerah ? Saya di Sulteng tolong dibalas trims .
BalasHapusKalo kepinrang berapa ongkos kirimnya
BalasHapussya sering mendengarkan ini..tapi memang luar biasa karna bagaimana itu seorang manusia bisa mengenal jati dirinya dan tuhannya.
BalasHapusAssalamu Alaikum wr wb
BalasHapusDengan cara apa jika saya ingin membeli atau memiliki buku ini untuk memperdalam atau lebih memahami yang pernah saya dengar dan ketahui dari pendahulu saya.